BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan
produksi dan produktivitas ternak terutama ternak ruminansia, harus seiring dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Hal ini dikarenakan pakan hijauan
merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Pakan hijauan selain
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok ternak ruminansia, juga
merupakan sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Salah satu factor
penting yang perlu diperhatikan dalam menjaga ketersediaan hijauan pakan ternak secara kontinu baik dari segi
kualitas dan kuantitas adalah dengan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara
alami pada padang penggembalaan (pasture).
Padang
penggembalaan (pasture) merupakan suatu areal yang ditumbuhi vegetasi
dominan famili rumput – rumputan (graminae) serta tumbuhan lainnya seperti legume yang digunakan sebagai sumber hijauan pakan ternak. Padang
penggembalaan yang baik, mampu menyediakan hijauan berupa rumput dan leguminosa
sebagai sumber pakan utama ternak ruminansia.
Beberapa
tahun terakhir ini, terdapat kecenderungan menurunnya produktivitas padang
penggembalaan sebagai penyedia pakan hijauan dan basis ekologi untuk ternak
khususnya ternak ruminansia akibat tata laksana padang penggembalaan yang buruk
serta beberapa factor lainnya seperti perubahan fungsi lahan. Oleh karena itu
perlu adanya upaya perbaikan terhadap tata laksana padang penggembalaan yang
ada serta melakukan perluasan areal padang penggembalaan baru terhadap lahan
yang belum dimanfaatkan sehingga kebutuhan akan pakan hijauan baik dari segi
kualitas dan kuantitas dapat tersedia secara kontinu.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang penulisan makalah ini, maka rumusan masalah yang akan dibahas
adalah sebagi berikut:
- Apakah yang dimaksud dengan padang penggembalaan (pasture) ?
- Bagaimanakah kriteria padang penggembalaan yang baik?
- Bagaimana tata laksana pengelolaan padang penggembalaan (pasture) yang baik?
Tujuan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui tata laksana pengelolaan padang
penggembalaan (pasture) yang baik dalam mendukung peningkatan produksi
dan produktivitas ternak ruminansia serta sebagai sumber informasi dan
refrensi bagi para pembaca sekalian.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Padang Penggembalaan (Pasture)
Menurut
Reksohadiprodjo (1994) padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana
tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya
menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan adalah tempat
atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/
legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan
ternak (Yunus, 1997).
Pasture
adalah suatu lapangan terpagar yang ditumbuhi hijauan dengan kualitas unggul
dan digunakan untuk menggembalakan ternak ruminansia (Parakkasi, 1999),
sehingga dapat disebut sebagai padang penggembalaan. Sebelum adanya mekanisasi
pertanian, padang rumput adalah sumber makanan utama untuk penggembalaan ternak
seperti kuda dan sapi. Hal tersebut masih digunakan secara ekstensif, terutama
sekali di daerah kering apabila padang rumput daratan tidak cocok untuk
produksi pertanian. Di daerah yang lebih lembab, padang penggembalaan
dimanfaatkan secara ekstensif dalam bentuk “free range” dan pertanian organik.
Pasture terdiri dari rumput-rumputan, leguminosa maupun hijauan lain (Wikipedia,
2008).
- Padang Penggembalaan (Pasture) Alam ; merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanen, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, tetapi hanya mengawasi ternak yang digembalakan.
- Padang Penggembalaan (Pasture) Alam Yang Sudah Ditingkatkan ; merupakan padangan yang terdiri dari spesies – spesies hijauan makanan ternak alami, namun komposisi botaninya telah diubah oleh manusia sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi).
- Padang Penggembalaan (Pasture) Buatan/Temporer) ; merupakan padangan yang vegetasinya sudah dipilih/ditentukan dari varietas tanaman yang unggul. Tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan buatan/temporer dapat menjadi padangan permanen atau diseling dengan tanaman pertanian.
- Padang Penggembalaan (Pasture) Dengan Irigasi ; merupakan padangan yang biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 sampai 4 hari.
Pemilihan
jenis rumput dan legume yang akan ditanam pada padang penggembalaan (pasture)
bergantung kepada jenis ternak, keadaan topografi dan jenis tanah,
kegunaan (disengut langsung oleh ternak / dipotong), metode penggembalaan yang
akan digunakan.
Ciri
– Ciri Padang Penggembalaan (Pasture) Yang Baik
Menurut
Setyati (1991), menyatakan bahwa ciri-ciri padang penggembalaan (pasture)
yang baik antara lain:
- Produksi bahan kering tinggi;
- Kandungan nutrisi tinggi, terutama kandungan protein kasar;
- Tahan renggutan dan injakan serta tahan dari musim kemarau;
- Mudah dalam pemeliharaan; Tingkat daya tumbuh cepat;
- Nisbah daun dan batang tinggi;
- Mudah dikembangkan bila dikombinasikan dengan tanaman legume;
- Ekonomis dan mempunyai palatabilitas yang tinggi
Tata
Laksana Pengelolaan Padang Penggembalaan (Pasture)
Meurut
Reksohadiprodjo (1985), padang penggembalaan (pasture) memiliki kegunaan
yang sangat efesien, oleh sebab itu padang penggembalaan harus dikelola sebaik
mungkin, sehingga hasilnya mampu menyediakan pakan hijauan secara optimal
sepanjang waktu.
Beberapa
cara pengelolaan padang penggembalaan yang perlu diperhatikan agar bisa
diperoleh produksi pakan hijauan optimal dan kontinu adalah sebagai berikut:
Pemotongan
Tahun Pertama
Pemotongan
pada tahun pertama harus hati-hati, cukup dilakukan secara ringan atau tidak
dipotong sama sekali. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan awal hijauan pada
penggembalaan bisa terjamin.
Apabila
hijauan hendak dipotong, haruslah dilakukan dengan cara meninggalkan pangkal
batang ± 7,5 cm dari tanah, dimana hasil potongan tersebut dapat dipergunakan
sebagai bahan silage atau hay.
Pemotongan
Bergilir (Alternate Grazing) / Sistem Rotasi
Sistem
ini biasanya dilakukan dengan cara membagi-bagi areal padang penggembalaan
menjadi petak-petak yang lebih sempit (paddock) sesuai dengan maksud peternak,
sehubungan dengan jumlah ternak yang digembalakan, pertumbuhan hijauan serta
kelebatannya. Pada umumnya padang penggembalaan itu dibagi menjadi dua atau
empat areal.
Tidak
Melakukan Penggembalaan Berat (Over-Grazing)
Pelaksanaan
penggembalaan berat yang tidak terkontrol akan merugikan, akibat daya tampung
pada penggembalaan yang tak sesuai. Hal ini akan membawa akibat produksi
berikutnya rendah, pertumbuhan kembali lemah, yang akhirnya banyak tumbuh
rumput liar (weed) bahkan bisa menimbulkan erosi tanah.
Menghindari
Defoliasi Yang Terlalu Ringan (Under-Grazing)
Praktek-praktek
defoliasi semacam ini pun juga akan merugikan, maka hal tersebut harus
dihindarkan. Sebab hijauan menjadi terlalu tua, serat kasar tinggi dan kurang
palatable dan nilai gizinaa sangat rendah.
BAB
III
PEMBAHASAN
Padang
penggembalaan (pasture) merupakan sumber penyediaan hijauan makanan ternak secara langsung yang sangat
ekonomis dan murah. Padang penggembalaan (pasture) adalah tempat atau
lahan yang terdiri dari rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/
legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan
ternak.
Padang
penggembalaan dapat terdiri atas rumput-rumputan, kacang-kacangan atau campuran keduanya, dimana
fungsi kacang-kacangan dalam padang penggembalaan adalah memberikan nilai
makanan yang lebih baik terutama berupa protein, phosphor dan kalium.
Fungsi
padang penggembalaan adalah untuk menyediakan hijauan pakan bagi ternak
ruminansia yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit
serta ternak dapat memilih dan merenggut sendiri makanannya. Rumput dan legum
yang ada di dalam padang penggembalaan dapat memperbaiki kesuburan tanah.
Hal ini disebabkan, rumput dan legum yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke
padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan
produktivitasnya dari tanah itu sendiri.
Tipe Padang Penggembalaan (Pasture)
Padang
penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan utama, yaitu:
- Padang Penggembalaan (Pasture) Alam ; merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanen, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, tetapi hanya mengawasi ternak yang digembalakan.
- Padang Penggembalaan (Pasture) Alam Yang Sudah Ditingkatkan ; merupakan padangan yang terdiri dari spesies – spesies hijauan makanan ternak alami, namun komposisi botaninya telah diubah oleh manusia sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi).
- Padang Penggembalaan (Pasture) Buatan/Temporer) ; merupakan padangan yang vegetasinya sudah dipilih/ditentukan dari varietas tanaman yang unggul. Tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan buatan/temporer dapat menjadi padangan permanen atau diseling dengan tanaman pertanian.
- Padang Penggembalaan (Pasture) Dengan Irigasi ; merupakan padangan yang biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 sampai 4 hari.
Ciri
– Ciri Padang Penggembalaan (Pasture) Yang Baik
Ciri-ciri
padang penggembalaan (pasture) yang baik antara lain adalah
sebagai berikut :
- Produksi bahan kering tinggi;
- Kandungan nutrisi tinggi, terutama kandungan protein kasar;
- Tahan renggutan dan injakan serta tahan dari musim kemarau;
- Mudah dalam pemeliharaan; Tingkat daya tumbuh cepat;
- Nisbah daun dan batang tinggi;
- Mudah dikembangkan bila dikombinasikan dengan tanaman legume;
- Ekonomis dan mempunyai palatabilitas yang tinggi.
Faktor
Yang Mempengaruhi Padang Penggembalaan (Pasture)
Air
Air
yang terbatas mempengaruhi fotosintesis dan perluasan daun pada tanaman karena
tekanan air mempengaruhi pembukaan pada stomata perluasan sel. Air berfungsi
untuk fotosintesis, penguapan, pelarut zat hara dari atas ke daun. Jika
ketersediaan air terpenuhi maka seluruh proses metabolisme tubuh tanaman
berlangsung, berakibat produksitanaman tinggi.
Intensitas
Sinar
Intensitas
sinar di bawah pohon atau tanaman pertanian tergantung pada bermacam-macam
tanaman, umur, dan jarak tanam, selain waktu penyinaran. Keadaan musim dan
cuaca juga berpengaruh terhadap intensitas sinar yang jatuh pada tanaman selain
yang ada di bawah tanaman utama.
Spesies
Kemampuan
suatu tanaman untuk beradaptasi dengan lingkungan dan faktor genetik
berpengaruh pada produktivitas tanaman tersebut. Tanaman satu dengan tanaman lain
mempunyai tingkat adaptasi dan genetik yang berbeda-beda.
Temperatur
Tanaman
memerlukan temperatur yang optimum untuk melakukan aktivitas fotosintesis.
Temperatur tanah berpengaruh terhadap proses biokimia dimana terjadi pelepasan
nutrien tanaman dan berpengaruh juga pada absorbsi air dan nutrien.
Curah
Hujan
Curah
hujan bverpengaruh pada produksi bahan kering yang dihasilkan oleh hijauan
pakan. Semakin tinggi curahn hujan maka produksi bahan keringnya akan semakin
rendah.
Tanah
Tanah
berfungsi sebagai mendukung pertumbuhan tanaman sebagai sumber hara dan
mineral, kesuburan tanah juga ditentukan oleh kelarutan zat hara, PH, kapasitas
pertukaran kalori, tekstur tanah dan jumlah zat organiknya.
Tata
Laksana Padang Penggembalaan
Padang
penggembalaan merupakan tempat menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhan
pakan dimana pada lokasi ini telah ditanami rumput unggul dan atau legume
(jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak). Tujuan utama dalam
pembuatan padang penggembalaan adalah menyediakan hijauan makanan ternak yang
berkualitas, efisien dan tersedia secara kontinyu sepanjang tahun, disamping
itu sebagai media intensifikasi kawin alam. Untuk memenuhi tujuan di atas maka
perlu memperhatikan Tata Laksana Penggembalaan, karena cara menggembalakan
ternak di daerah padang penggembalaan tidak cukup hanya dengan memasukkan
ternak kedalamnya.
Perbaikan
Lahan
Syarat
padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya
baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah
dikembangbiakkan. Padang penggembalaan yang baik memilik canopy yang tinggi
yaitu 25 – 30 cm setelah dipotong. Biota tanah sangat sensitif terhadap
gangguan oleh adanya aktivitas manusia, sebagai contoh adanya sistem pertanian
yang intensif, karena intensifikasi pertanian menyebabkan berubahnya beberapa
proses dalam tanah. Kegiatan pertanian yang dimaksud antara lain adalah
penyiangan, pemupukan, pengapuran, pengairan dan penyemprotan herbisida dan
insektisida. Tujuan dari hal tersebut itu sendiri adalah untuk mempersiapkan
kualitas padang penggembalaan yang unggul.
Sistem
Penanaman
Sistem
penanaman hijauan makanan ternak disesuaikan dengan kondisi kemiringan tanah
dan kebiasaan masyarakat setempat. Namun sebagai alternatif dapat pula dilakukan
dengan cara lain yaitu sistem 3 (tiga) strata dan sabuk lereng.
Sistem
tiga strata merupakan suatu pola tanam hijauan makanan ternak yang ditujukan
untuk menyediakan pakan sepanjang tahun yang terdiri dari 3 (tiga) strata.
Strata
– 1
|
:
|
Terdiri
dari tanaman rumput potongan dan legume herba/ menjalar (sentro, kalopo,
kudzu, arachis, dsb.) yang disediakan bagi ternak pada musim penghujan.
|
Strata
– 2
|
:
|
Terdiri
dari tanaman legume perdu/ semak (alfalfa, stylosanthes, desmodium rensonii,
dsb.) yang disediakan bagi ternak apabila rumput sudah mulai berkurang
produksinya pada awal musim kemarau.
|
Strata
– 3
|
:
|
Terdiri
dari legume pohon (gamal, lamtoro, kaliandra, turi, acasia, sengon, waru,
dsb.) yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi. Selain untuk pakan pada
musim kemarau
panjang,
tanaman tersebut juga dapat digunakan sebagai tanaman pelindung dan pagar
kebun HMT maupun kayu bakar.
|
2.
Sistem Sabuk Lereng
Sistem
sabuk lereng dilaksanakan pada lahan yang memiliki kemiringan relatif tinggi.
Pada sistem ini perlu memperhatikan kaidah-kaidah konservasi karena merupakan
upaya untuk melestarikan tanah, air dan lingkungan. Sistem sabuk lereng
merupakan kombinasi antara penanaman legume pohon dan rumput, dimana legume
pohon ditanam sebanyak 3 (tiga) baris secara zig-zag, lahan berikutnya ditanami
rumput. Hal ini dilakukan terus-menerus secara berselang-seling. Semakin tinggi
kemiringan lahan maka jarak tanam legume pohon semakin rapat.
Renovasi
Padang Penggembalaan
Pada
umumnya untuk padang penggembalaan dengan system penggembalaan secara kontinyu
setelah 3 (tiga) tahun perlu diperbaharui. Untuk pembaharauan ini tanaman lama
dibongkar, tanah diolah kembali dan dilakukan penanaman yang baru. Sedangkan
pada padang penggembalaan bergilir jangka panjang (6 - 9 tahun) dapat dilakukan
2 - 3 kali renovasi.
Penentuan
Daya/Kapasitas Tampung
Daya/kapasitas
tampung (carrying capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk
menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang
digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk
menampung ternak per hektar. Menurut Parakkasi (1999) konsumsi bahan kering
satu ekor sapi per hari sbesar 3% dari bobot badan. Satu satuan ternak (ST)
setara dengan satu ekor sapi seberat 455 kg (Santosa, 1995). Semakin besar
tingkat produksi hijauan per satuan luas lahan, maka akan semakin tinggi pula
kemampuannya untuk menampung sejumlah ternak. Pada padang penggembalaan yang
baik biasanya mampu menampung sebanyak 2,5 ekor ternak/ha/th. Hal ini sesuai
dengan pendapat Susetyo (1980) yang menyatakan beberapa padang penggembalaan
yang baik mempunyai kapasitas tampung 0,4 hektar untuk 1 ST atau satuan hektar
lahan dapat menampung 2,5 ST/th.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menentukan kapasitas tampung menurut yaitu :
- Penaksiran Kuantitas Produksi Hijauan ; umumnya dilakukan dengan metode cuplikan dengan memakai frame berukuran 1 x 0,5 m dengan bentuk persegi panjang. Pengambilan sampel dilapangan dilakukan secara acak. Hijauan yang terdapat di areal frame dipotong lebih kurang 5 – 10 cm diatas permukaan tanah dan ditimbang beratnya.
- Penentuan Proper Use Factor ; tergantung pada jenis ternak yang digembalakan, spesies hijauan di padangan, tipe iklim setempat serta kondisi tanah padangannya. Dari hasil perhitungan yang dilakukan proper use factor lahan penggembalaan Universitas Tadulako didapatkan hasil 418,1 kg.
- Menaksir Kebutuhan Luas Tanah per bulan ; penaksiran ini didasarkan pada kemampuan ternak mengkonsumsi hijauan, kenutuhan satu ekor dalam satu bulan memerlukan lahan lahan seluas 0,6458 ha/ekor artinya dengan luasan lahan yang telah diukur lahan mampu mencukupi konsumsi hijauan selama satu bulan.
- Menaksir Kebutuhan Luas Tanah per tahun ; suatu padangan memerlukan masa agar hijauan yang telah dikonsumsi ternak tumbuh kembali dan siap untuk digembalai lagi, masa ini disebut masa istirahat, dengan periode merumput selama 30 hari dan masa istrahat lahan selama 70 hari maka kebutuhan lahan satu ekor ternak selama satu tahun sekitar 2,15 ha/ekor.
Pemotongan
Tahun Pertama
Pemotongan
pada tahun pertama harus hati-hati, cukup dilakukan secara ringan atau tidak
dipotong sama sekali. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan awal hijauan pada
penggembalaan bisa terjamin.
Apabila
hijauan hendak dipotong, haruslah dilakukan dengan cara meninggalkan pangkal
batang ± 7,5 cm dari tanah, dimana hasil potongan tersebut dapat dipergunakan
sebagai bahan silage atau hay.
Pemotongan
Bergilir (Alternate Grazing) / Sistem Rotasi
Sistem
ini biasanya dilakukan dengan cara membagi-bagi areal padang penggembalaan
menjadi petak-petak yang lebih sempit (paddock) sesuai dengan maksud peternak,
sehubungan dengan jumlah ternak yang digembalakan, pertumbuhan hijauan serta
kelebatannya. Pada umumnya padang penggembalaan itu dibagi menjadi dua atau
empat areal.
Tidak
Melakukan Penggembalaan Berat (Over-Grazing)
Pelaksanaan
penggembalaan berat yang tidak terkontrol akan merugikan, akibat daya tampung
pada penggembalaan yang tak sesuai. Hal ini akan membawa akibat produksi
berikutnya rendah, pertumbuhan kembali lemah, yang akhirnya banyak tumbuh
rumput liar (weed) bahkan bisa menimbulkan erosi tanah.
Menghindari
Defoliasi Yang Terlalu Ringan (Under-Grazing)
Praktek-praktek
defoliasi semacam ini pun juga akan merugikan, maka hal tersebut harus
dihindarkan. Sebab hijauan menjadi terlalu tua, serat kasar tinggi dan kurang
palatable dan nilai gizinaa sangat rendah.
Pemagaran
Bagi
padang penggembalaan pagar berfungsi sebagai alat pengaman yang membatasi ruang
gerak ternak agar ternak tidak keluar dari batas areal padang penggembalaan.
Tiang penguat dapat berupa besi atau kayu yang kuat disesuaikan dengan bahan
yang ada di daerah setempat. Jarak antara tiang penguat adalah 20 meter dengan
tinggi 1,35 – 1,5 meter. Tiang semu berupa pagar hidup (legume) dapat berupa
tanaman gamal, turi, lamtoro dan lain-lain dengan jarak tanam 1 meter. Tiang
penguat dan tiang semu dihubungkan dengan kawat berduri yang bersusun 2 (dua).
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Padang
penggembalaan merupakan tempat menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhan
pakan dimana pada lokasi ini telah ditanami rumput unggul dan atau legume
(jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak). Tujuan utama dalam
pembuatan padang penggembalaan adalah menyediakan hijauan makanan ternak yang
berkualitas, efisien dan tersedia secara kontinyu sepanjang tahun, disamping
itu sebagai media intensifikasi kawin alam. Untuk memenuhi tujuan di atas maka
perlu memperhatikan Tata Laksana Penggembalaan, karena cara menggembalakan
ternak di daerah padang penggembalaan tidak cukup hanya dengan memasukkan
ternak kedalamnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Mc
Llroy, R.J. 1976. Pengantar Budidaya Padang rumput Tropika. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Reksohadiprojo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan
Ternak Tropik. BFFE, Yogyakarta.
Santosa,
U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subagyo I, Kusmartono 1988. Ilmu Kultur Padangan. Malang:
Nuffic, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Susetyo, I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan
Ternak. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.
Tandi, Ismail. 2010. Analisis Ekonomi Pemeliharaan Ternak
Sapi Bali dengan Sistem Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten
Gowa Sulawesi Selatan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Jurnal
Agrisistem, Juni 2010, Vol. 6 No. 1ISSN 2089-0036.
bermanfaat
sekali pak..!!
terimakasih artikel nya
terimakasih artikel nya
Termikasih
telah berkunjung ke Blog ini..
Salam Peternakan
Salam Peternakan
terumakasi
aku suda baca artikelnya ,dan ini bermanfaat ,, terimakasih pak
JUAL
MURAH MERIAH HASIL TERNAK SENDIRI Bibit / anak (Cempe) KAMBING KACANG bobot 17
kg - 20 kg. harga Jantan Rp 55 Ribu/kg & Betina Rp 30 ribu/kg sangat bagus
untuk bisnis penggemukan krn tidak perlu modal besar serta keuntungan lebih
cepat. Kami juga menjual Kambing Kacang & Jawa Randu siap potong bobot 30
kg - 50 kg untuk Aqiqah, Qurban & catering sate. SIAP KIRIM KONTINYU PARTAI
BESAR & KECIL Hub. Bpk HERU "BEJO UTOMO" Malang - Jawa Timur.
Hp/Wa +6281334272800 website kami di
http://malangkambingdombasuper.blogspot.co.id/2018/02/jual-kambing-kacang-rp-30-ribukg.html?m=1
JUAL
MURAH MERIAH HASIL TERNAK SENDIRI Bibit / anak (Cempe) KAMBING KACANG bobot 17
kg - 20 kg. harga Jantan Rp 55 Ribu/kg & Betina Rp 30 ribu/kg sangat bagus
untuk bisnis penggemukan krn tidak perlu modal besar serta keuntungan lebih
cepat. Kami juga menjual Kambing Kacang & Jawa Randu siap potong bobot 30
kg - 50 kg untuk Aqiqah, Qurban & catering sate. SIAP KIRIM KONTINYU PARTAI
BESAR & KECIL Hub. Bpk HERU "BEJO UTOMO" Malang - Jawa Timur.
Hp/Wa +6281334272800 website kami di http://malangkambingdombasuper.blogspot.co.id/2018/02/jual-kambing-kacang-rp-30-ribukg.html?m=1
-
Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai isi konten.
- Dilarang menyisipkan iklan, link aktif, promosi, spam, dan sebagainya.
- Dilarang menyisipkan iklan, link aktif, promosi, spam, dan sebagainya.
Subscribe to: Post Comments (
Atom )
WELCOME
TO MY BLOG
About
Me
Blog
Archive
- ▼ 2015 (60)
- ▼ July (8)
- TATA LAKSANA PENGELOLAAN PADANG PENGGEMBALAAN
- PADANG PENGEMBALAAN (PASTURE)
- JENIS DAN KARAKTERISTIK LEGUM
- JENIS DAN KARAKTERISTIK RUMPUT PAKAN TERNAK
- MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT P...
- MANAJEMEN PAKAN AYAM BROILER
- MANAJEMEN PERKANDANGAN AYAM BROILER
- MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM BROILER
- ► June (24)
- ► May (28)