MasterTernak

Saturday, 19 May 2018

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sapi perah jenis FH di NTT


FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SAPI PERAH JENIS FH
DI NTT
Beberapa alasan sapi perah jenis FH tidak dapat beproduksi dengan baik di NTT yaitu:

*      Kualitas Pakan

Pakan ternak perah adalah bahan-bahan yang dapat diberikan kepada ternak perah sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa menggangu kesehatan, dengan tujuan selain untuk kelangsungan hidupnya secara normal juga diharapkan dapat mengoptimalkan produksi. Tingginya produksi susu sapi perah ditentukan oleh faktor kebakan atau keturunan sebesar 25% dan 75% ditentukan oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap produksi adalah “makanan”. Karena itu program penyediaan mkananan sapi perah yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan keuntungan dari produksi yang dihasilkan. Agar diperoleh hasil seoptimal mungkin diperlukan susunan ransum yang seimbang, artinya ransum tersebut mengandung semua zat-zat maknan (nutrisi) yang diperlukan dalam imbangna yang tepat (Soetarno, 2003).
Pemberian zat makanan yang tidak cukup dan membatasi sekresi susu sapi perah karena laju sintesis dan difusi dari berbagai komposisi susu yang berasal dari makanan yang sifatnya sementara. Sapi perah selain diberi pakan hijauan, perlu diberi pakan berupa konsentrat sebagai pelengkap zat gizi yang tidak diperoleh dari hijauan. Konsentrat ( tidak terminus tambahan protein) merupakan bahan pakan yang berenergi tinggi dan berserat rendah (< 18%) serta mengandung protein  20%, konsentrat semacam itu disebut konsentrat sumber energi. Selain itu hijauan dapat berupa daun-daun seperti daun pisang, nangka, cemara, waru, yang kandungan patinya cukup.





*     Iklim

    Pengertian  iklim  meliputi  iklim  makro  dan  iklim  mikro. Iklim makro merupakan  interaksi  komponen  cuaca  disuatu  kawasan  tertentu  sedangkan  iklim mikro merupakan interaksi komponen cuaca di wilayah yang sempit atau keadaan iklim  disekitar  ternak  ditempatkan  (Siregar,  1995).

 Menurut  Williamson  dan Payne(1993) menyatakan  ada  empat  komponen  iklim  utama  yang  berpengaruh terhadap  kemampuan  produktivitas  ternak  yaitu  :  radiasi  matahari,  suhu  udara, kelembaban dan curah hujan. Hal ini sangat baik karena sapi perah membutuhkan cuaca yang sedikit dingin.

            Apabila lingkungan fisik dan iklim suatu daerah sesuai dengan habitat asalnya dan sapi diberi pakan berkualitas , maka sapi tersebut akan menampilkan semua sifat yang dimiliki secara maksimal. Suhu lingkungan yang tinggi akan menurunkan nafsu makan dan mengurangi konsumsi pakan seekor sapi perah sehingga menghambat produksi susu sapi tersebut

              Hasil penelitian menyatakan sapi perah yang berasal dari daerah iklim sedang berproduksi maksimal pada suhu lingkungan antara 1,1 - 15,5ºC tapi masih dapat berproduksi dengan baik pada kisaran 5 - 21ºC. Apabila suhu melebihi 21ºC, sapi perah asal daerah sedang akan mengalami kesulitan adaptasi dan akan menunjukkan gejala penurunan produksi susu. Jika sapi tersebut diternakkan di daerah tropis dengan suhu lingkungan rata-rata di atas 23ºC, maka produksi susu yang dicapai tidak sebanyak produksi susu di daerah asalnya.

*      Efek Lingkungan terhadap Penampilan Produksi

Diantara bangsa sapi perah, sapi FH tergolong kedalam bangsa sapi yang paling tinggi daya tahan panasnya. Hasil penelitian terhadap sapi FH di kawasan tropis seperti Indonesia memperlihatkan bahwa penampilan produksinya tidak berselisih jauh dengan di daerah asalnya yang bersuhu sejuk 18.3oC dengan kelembaban sekitar 55%.

Oksidasi makanan dalam tubuh menghasilkan panas. Jika sapi pernah berada dalam lingkungan bersuhu tinggi , sapi tersebut akan mempertahankan diri dengan mengurangi konsumsi. Hal ini mengakibatkan produksi air susunya juga turun.

*      Sistem perkandangan sapi perah

Jenis kandang untuk sapi perah ada tiga yaitu kandang laktasi tunggal, kandang laktasi ganda dan kandang pedet. Kandang berfungsi untuk melindungi sapi dari cuaca buruk, hujan, panas matahari serta keamanan dari gangguan binatang buas dan pencurian (Timan, 2003). Bangunan kandang didasarkan pada keperluan usaha sapi perah, dan pembangunannya ditujukan untuk mengurangi penggunan waktu dalam pemeliharaan, efisiensi kerja dan tenaga kerja. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kandang adalah cahaya matahari, ventilasi, letak kandang, parit (Sutarno, 1994).
Kebersihan kandang merupakan syarat penting bagi sapi perah perlu selalu ditekankan dan benar-benar diperhatikan. Kandang sapi perah di daerah tropis sebaiknya terbuka (tidak berdinding) kecuali di daerah pegunungan yang udaranya dingin atau anginnya kencang, kandang sebaiknya tertutup (berdinding), tetapi dapat dibuka pada siang hari agar sirkulasi udara dapat dijaga (Soetarno, 2003).





KESIMPULAN

Dari beberapa alasan di atas dapat simpulkan bahwa sapi perah yang ada NTT sangat berpengaruh terhadap iklim, kualitas pakan, efek lingkungan terhadap penampilan produksi dan system perkandang di NTT masih bersifat tradisional. Iklim wilayah Nusa Tenggara Timur beriklim kering yang dipengaruhi oleh angin musim. Periode musim kemarau lebih panjang, yaitu 7 bulan ( Mei sampai dengan Nopember ) sedangkan musim hujan hanya 5 bulan                 ( Desember sampai dengan April ). Suhu udara rata-rata 27,6°C, suhu maksimum rata-rata 29°C, dan suhu minimum rata-rata 26,1°C. Hal inilah yang menyebabkan peternakan sapi perah di NTT masih sangat minim atau kurang berkembang dengan baik, hanya di beberapa daerah saja yang mampu memelihara sapi perah dengan baik. Namun pemeilharan sapi perah di daerah – daerah tertsebut masih di hadapkan dengan beberapa masalah seperti kualitas pakan, efek lingkungan dan system perkandangannya.


DAFTAR PUSTAKA

( 19 febuari 2012).


No comments:

Post a Comment

MasterTernak

Tanah Viqueque/renzina

TANAH VIQUEQUE/RENZINA                Tanah Viqueque/renzina ditemukan diatas batu kapur daerah lembab di Jawa, Nusa tenggara, Sulawesi, M...